New Australia – Harga emas mengalami kenaikan pesat lebih dari 3% pada sesi perdagangan Jumat malam, tanggal 13 Oktober. Emas spot melonjak sebesar 2.8% ke angka $1,921.39 per ounce, sedangkan harga emas berjangka (futures) melesat hingga 2.7% ke $1,934.60 per ounce. Kenaikan ini membuat harga emas naik total 4.8% dalam waktu sepekan. Grafik XAU/USD juga menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 3.05% ke level $1,925.73, mencapai titik tertinggi sejak tanggal 25 September.
Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas malam ini adalah ketegangan politik yang terus meningkat antara Israel dan Palestina. Pasukan Pertahanan Israel mengeluarkan seruan kepada warga sipil untuk segera meninggalkan Kota Gaza Utara dan berpindah ke Gaza Selatan demi keselamatan dan perlindungan mereka sendiri. Seruan tersebut menuntut wilayah perbatasan harus segera dikosongkan dalam waktu 24 jam semenjak pengumuman dikeluarkan.
Ketegangan ini dipersepsikan sebagai indikator eskalasi konflik antara Israel dan kelompok ekstremis Hamas. Analis logam mulia, David Meger dari High Ridge Futures, mengemukakan bahwa ekspektasi akan semakin memburuknya situasi di kawasan tersebut telah menciptakan tekanan pada yield obligasi. Dalam situasi seperti ini, harga emas terus meroket dan bahkan berhasil menembus rekor tinggi baru.
Emas tetap dianggap sebagai tempat perlindungan yang aman (safe haven) ketika situasi geopolitik semakin genting. Ini disebabkan oleh sifatnya yang telah terbukti selama bertahun-tahun sebagai investasi yang stabil dalam menghadapi ketidakpastian global. Kenaikan harga emas yang pesat dalam sepekan ini mencerminkan bagaimana geopolitik dapat berdampak besar pada pasar komoditas, dan sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya logam mulia ini sebagai lindung nilai investasi dalam situasi ketegangan dan ketidakpastian seperti yang kita saksikan saat ini.
Data Inflasi AS The Fed Mencapai Puncak
Inflasi AS adalah salah satu indikator ekonomi yang sangat diperhatikan oleh pasar dan pelaku ekonomi global. Data inflasi yang dirilis kemarin tampaknya tidak begitu mempengaruhi pasar secara signifikan. Setelah pasar mencerna data tersebut, ada kesan bahwa pasar masih tetap yakin bahwa The Federal Reserve (The Fed) telah mencapai puncaknya dalam kenaikan suku bunga.
Pasar sepertinya tetap mempertahankan ekspektasi bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan bulan November. Ini menjadi poin penting yang turut berkontribusi dalam mendukung harga emas. Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya pada laporan kemarin mungkin membuat beberapa orang khawatir, namun ekspektasi bahwa The Fed akan tetap bertahan dalam kebijakan suku bunga rendahnya membantu meredakan kekhawatiran tersebut.
Tidak hanya Merger yang berpendapat demikian, analis Ricardo Evangelista dari ActivTrades juga memiliki pandangan serupa. Ia tidak melihat alasan kuat bagi bank sentral AS untuk melakukan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Terlebih lagi, sejumlah pejabat kunci dari The Fed telah mengemukakan pernyataan yang bersifat dovish, artinya mereka lebih cenderung untuk mempertahankan kebijakan suku bunga yang rendah.
Ketidakpastian yang berkelanjutan dan ketidakpastian geopolitik juga turut memainkan peran dalam pasar emas. Emas seringkali dianggap sebagai safe haven, atau tempat perlindungan dalam situasi-situasi yang tidak pasti. Dengan rival-rival emas, seperti mata uang lainnya, mengalami tekanan, emas menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor yang mencari stabilitas dan perlindungan terhadap fluktuasi ekonomi dan ketidakpastian.
Mengingat semua faktor ini, harga emas masih tetap menjadi perhatian utama bagi banyak investor. Data inflasi AS dan kebijakan The Fed akan terus dipantau dengan seksama, sementara emas akan terus menjadi aset yang menarik dalam kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil.