New Australia – Pernyataan dari petinggi The Fed telah mengakibatkan terjadinya penurunan signifikan dalam yield obligasi US Treasury. Dampak dari pernyataan tersebut juga terlihat pada pelemahan nilai tukar Greenback terhadap berbagai mata uang mayor lainnya, yang akhirnya menyebabkan Indeks Dolar AS (DXY) turun ke kisaran level 105.80-an. Hal ini merupakan level terendah yang dicapai dalam lebih dari satu pekan terakhir.
Wakil Ketua Federal Reserve, Philip Jefferson, secara terbuka mengungkapkan pandangannya kepada National Association for Business Economics. Ia menyatakan bahwa dalam mengevaluasi jalur kebijakan ke depan, ia akan mempertimbangkan kenaikan yield obligasi yang lebih tinggi. Menurutnya, bank sentral perlu bersikap “hati-hati” dalam menilai apakah kenaikan suku bunga harus dilanjutkan lagi, terutama di tengah meningkatnya yield obligasi US Treasury.
Pernyataan ini menggambarkan perhatian yang serius terhadap keseimbangan antara suku bunga dan yield obligasi. Peningkatan yield obligasi AS telah menjadi perhatian utama, dan The Fed tampaknya tidak mengabaikan dampaknya terhadap kebijakan moneter. Keputusan mereka untuk berhati-hati dalam menilai kenaikan suku bunga menunjukkan kebijakan yang cermat dalam menghadapi volatilitas pasar dan risiko ekonomi yang mungkin timbul.
Pernyataan ini juga mencerminkan keraguan yang ada di kalangan pejabat The Fed tentang bagaimana mereka harus merespon dinamika ekonomi saat ini. Hal ini menciptakan ketidakpastian tambahan dalam prospek kebijakan moneter AS di masa mendatang, sementara pasar dan pelaku ekonomi secara cermat memantau perkembangan selanjutnya.
Pernyataan yang disampaikan oleh Jefferson secara langsung memberikan dampak signifikan terhadap reli yield obligasi, dengan Yield US Treasury 10 tahun saat ini berada di kisaran 4.6720. Ini mencerminkan penurunan dari level tertinggi sebelumnya yang mencapai 4.8000-an dalam pekan lalu. Penurunan dalam yield obligasi tersebut membawa dampak negatif terhadap nilai tukar dolar AS, yang mengalami pelemahan. Sementara itu, mata uang hijau juga merasa tertekan oleh rumor seputar rencana stimulus baru dari China, yang diperkirakan akan dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023.
Di samping itu, sentimen pasar juga mulai mengalami peningkatan stabilitas di tengah munculnya konflik bersenjata baru di Palestina. Israel mengumumkan telah berhasil mengendalikan perbatasan Gaza lagi pada pagi hari ini, setelah melakukan serangan udara yang paling intens sepanjang sejarah pendudukannya atas wilayah Palestina kemarin.
Kedepannya, pelaku pasar akan terus memantau rilis data inflasi produsen AS yang dijadwalkan untuk besok. Selain itu, pidato dari beberapa petinggi The Fed lainnya juga memiliki potensi untuk memengaruhi pasar dalam jjangka pendek. Beberapa nama yang perlu diperhatikan adalah Raphael Bostic, Christopher Waller, Neel Kashkari, dan Mary Daly, yang mungkin akan memberikan wawasan dan pandangan terbaru terkait kebijakan moneter dan ekonomi AS. Semua elemen ini merupakan faktor-faktor penting yang akan terus mempengaruhi pergerakan pasar ke depannya, dan para investor harus memantau perkembangan ini dengan cermat.