Kurs dolar AS mengalami penguatan yang signifikan pada awal sesi New York, terutama setelah serangkaian rilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) dari negara-negara mayor. Data ini mengungkapkan ketimpangan yang mencolok antara kinerja ekonomi AS dengan Zona Euro dan Inggris. Dampak dari rilis data tersebut adalah penurunan tajam pada pasangan mata uang EUR/USD, yang merosot sekitar 0.7% hingga mencapai level sekitar 1.0590, serta penurunan pada GBP/USD sebesar lebih dari 0.6% hingga mencapai level 1.2170.
Data PMI yang dirilis menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di Zona Euro mengalami pemburukan lebih lanjut pada bulan Oktober 2023, bahkan memberikan tanda-tanda resesi. Skor PMI Manufaktur Zona Euro mengalami penurunan dari 43.4 menjadi 43.0, sementara konsensus awal memproyeksikan perbaikan hingga mencapai 43.7. Skor PMI Jasa Zona Euro juga mengalami penurunan, dari 48.7 menjadi 47.8.
Data yang paling mencemaskan berasal dari Jerman, yang merupakan negara ekonomi terbesar di Zona Euro. Skor PMI Jasa Jerman secara tiba-tiba berbalik dari tingkat ekspansi menjadi kontraksi, mengikuti tren kontraksi pada PMI Manufaktur yang telah berlangsung sejak Agustus 2022. Angka-angka ini memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar euro, menciptakan kekhawatiran baru mengenai kemungkinan resesi di Zona Euro dan potensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Kemerosotan nilai euro terhadap dolar AS juga memicu perhatian terhadap potensi langkah-langkah kebijakan yang mungkin diambil oleh ECB untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Zona Euro. Ini mencakup pertimbangan tentang pemotongan suku bunga untuk merangsang aktivitas ekonomi dan meredakan dampak dari perlambatan pertumbuhan yang semakin jelas.
Penguatan dolar AS sebagai mata uang safe haven juga tercermin dalam penurunan tajam pada GBP/USD, yang mempertimbangkan situasi ekonomi Inggris. Semua ini mengingatkan pasar terhadap peran dolar AS sebagai aset aman yang dicari dalam situasi ketidakpastian ekonomi global, dan penguatan ini dipicu oleh ketidakpastian yang terus berlanjut dalam ekonomi Zona Euro dan Inggris.
Jane Foley Kepala Strategi FX
Menurut Jane Foley, yang merupakan kepala strategi FX di Rabobank, pelemahan dolar AS cenderung akan tetap terbendung oleh kondisi lesunya ekonomi Zona Euro dan Jerman jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi AS yang relatif lebih kuat. Selain itu, beberapa pilar yang sebelumnya mendukung pertumbuhan Jerman juga mulai goyah. Faktor-faktor yang membebani ekonomi Jerman meliputi perlambatan ekonomi China, kenaikan harga energi yang berdampak pada biaya produksi, serta masalah demografi yang dapat mempengaruhi tenaga kerja.
Data PMI yang dirilis juga menggambarkan perbedaan yang mencolok antara kinerja ekonomi Inggris dan AS. Skor PMI Manufaktur Inggris mengalami peningkatan tipis, naik dari 44.3 menjadi 45.2, yang sedikit melebihi estimasi konsensus sebesar 44.7. Namun, PMI Jasa Inggris justru mengecewakan dengan penurunan dari 49.3 menjadi 49.2. Semua indikator ini masih menunjukkan bahwa sektor jasa dan manufaktur Inggris berada dalam kondisi kontraksi, sejalan dengan data ekonomi lain yang menunjukkan kinerja medioker.
Sementara itu, data PMI AS versi S&P Global menunjukkan kinerja ekonomi yang jauh lebih kuat. Skor PMI Jasa AS mengalami peningkatan dari 50.1 menjadi 50.9, yang jauh di atas ekspektasi awal yang mencemaskan perlambatan hingga mencapai 49.8. Skor PMI Manufaktur AS juga membaik dari 49.8 menjadi 50.0. Dengan kata lain, aktivitas bisnis di AS sudah berada dalam status ekspansi, menunjukkan bahwa ekonomi AS memiliki ketahanan yang lebih baik dan mampu pulih lebih cepat dibandingkan dengan Zona Euro dan Inggris.
Semua faktor ini menjadi pertimbangan dalam pergerakan mata uang, dengan dolar AS menguat sebagai mata uang yang lebih aman dan menarik dalam situasi ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut. Dalam jangka pendek, pelemahan euro dan poundsterling mungkin akan terus berlanjut jika ketidakpastian ekonomi Zona Euro dan Inggris berlanjut, sementara dolar AS akan tetap menjadi tempat yang dicari oleh para investor.